Menghargai keberagaman

Menghargai keberagaman

Catatan politik D. Supriyanto JN*

Dalam rapat Komisi III DPR di Kompleks Parlemen Senayan pada Senin (17/1), anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Arteria Dahlan, meminta Jaksa Agung ST Burhanudin untuk memecat Kajati yang berbahasa sunda dalam rapat.
“ Ada kritik sedikit Pak JA (Jaksa Agung), ada Kajati Pak, yang dalam rapat, dalam raker itu ngomong pakai Bahasa Sunda, ganti pak itu,” demikian kata Arteria.

Meski tak menyebut sosok Kajati yang dimaksud, pernyataan Arteria selaku anggota Komisi III berbuntut panjang. Protes pun datang, bukan saja dari masyarakat Sunda, namun juga dari internal PDI P.

Pernyataan Arteria tersebut, dinilai telah melecehkan masyarakat Sunda, dan berpotensi merobek kebhinekaan yang selama ini diperjuangkan dengan susah payah. Sebagai pejabat publik, memang tidak sepantasnya Arteria berucap clometan seperti itu.
Selain menodai nilai-nilai keberagaman, pernyataan Arteria sudah melenceng dari tupoksinya sebagai wakil rakyat.

Pernyataan Arteria Dahlan, menunjukkan masih rendahnya akan sikap menghargai perbedaan dan keberagaman. Hal ini menjadi masalah yang tak kunjung usai, di tengah derasnya arus globalisasi, dan kebebasan berbicara melalui media sosial. Atas dasar asumsi tersebut, maka hendaknya perlu digaungkan kembali sebuah kesadaran untuk menghargai antar sesama.

Keberagaman, merupakan sebuah perbedaan antara satu individu dengan individu yang lain. Keberagaman juga bisa diartikan, sebagai kesediaan dalam menerima perbedaan yang ada di masyarakat, termasuk cara bertutur, berucap, agar tidak menodai dan saling menyakiti. Nilai-nilai seperti ini, telah lenyap.

Dalam perspektif menghargai keberagaman, terdapat beberapa aspek yang perlu dipahami antara lain toleransi, tanggung jawab sosial, interdependen atau sikap saling membutuhkan dan apresiasi terhadap keragaman budaya.
Pernyataan Arteria Dahlan, menjadi pembelajaran bagi kita semua, agar berhati-hati dalam bersikap maupun berucap, apalagi sebagai seorang pejabat publik. Apabila aspek-aspek tersebut tidak dimiliki, seorang individu, kemungkinan juga tidak akan memiliki rasa respect dan saling menghargai antar satu sama lain.

Negara kita, Indonesia, merupakan negara yang terdiri dari beragam pulau, beragam suku, beragam agama, beragam adat, sosial ekonomi, maupun kebudayaannya. Keberagaman tersebut, hendaknya dapat menyatukan kita seluruh anak bangsa, sebagai modal pembangunan integritas bangsa. Bukan malah menjadi pemicu konflik dan perselisihan yang bisa merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Mari, sekali lagi, kita bisa belajar dari kasus Arteria Dahlan ini. Kita dapat memetic sebuah filosifi permainan musk orchestra, dimana banyak terdapat beragam jenis alat musik. Namun, apabila kita mampu memainkan dan memadu padankan alat-alat music tersebut dengan seirama dan harmonis, maka akan menghasilkan harmoni music yang begitu indah.
Mari kita rawat keberagaman kita untuk Indonesia yang lebih baik.

*) D. Supriyanto JN, Pekerja Budaya, Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Wartawan Republik Indonesia.