Ketua DPRK Diskusikan Wajah Baru Kota Banda Aceh dengan Ikatan Alumni Arsitek USK 

Ketua DPRK Diskusikan Wajah Baru Kota Banda Aceh dengan Ikatan Alumni Arsitek USK 

 

Nasionalmerdeka.com.

Banda Aceh – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh, Farid Nyak Umar, menerima kunjungan pengurus Ikatan Alumni Arsitek (IKAARS) Universitas Syiah Kuala di ruang kerjanya, Senin (6/3/2023).

Pengurus IKAARS yang hadir, yaitu Zulfikar, Faisal Ridha, T Martunis, dan Andriady. Dalam silaturahmi itu mereka turut mendiskusikan terkait konsep tata letak dan wajah baru Kota Banda Aceh dari kacamata para arsitek.

Zulfikar menuturkan, Kota Banda Aceh memiliki nilai sejarah yang kuat. Hal itu didukung dengan adanya peninggalan bangunan sejarah yang tersebar di wilayah ibu kota Provinsi Aceh tersebut. Oleh karenanya, konsep pembangunan Kota Banda Aceh harus merepresentasikan nilai-nilai historis tersebut dengan mengusung konsep heritage (warisan), tetapi tetap bergaya modern.

Mengenai siapa yang bisa berkontribusi terhadap pembuatan grand design tata letaknya, bisa dengan melibatkan para arsitek yang telah berpengalaman di bidangnya. Bisa juga dengan menggelar sayembara proyek.

“Kita bisa tawarkan konsep lightning dan landscape sesuai wajah heritage yang dimiliki oleh Banda Aceh yang kaya akan sejarah, ” katanya.

Zulfikar menambahkan, peran arsitek dan konseptor ini bisa memberikan kontribusi bagi pembangunan wajah baru Kota Banda Aceh, terutama bagi pengembangan wisata islami.

Sementara itu, Ketua DPRK Banda Aceh mengatakan, untuk membangun sebuah wajah ibu kota dibutuhkan rencana induk (master plan) dan konsep yang jelas. Karena hal tersebut menyangkut nilai dan estetika suatu kota, apalagi perencanaan dan pembangunan yang dilakukan mengusung nilai heritage sebagai representasi Banda Aceh sebagai “Kota Pusaka” yang telah berusia 817 tahun.

“Untuk masa depan perlu disiapkan bagaimana wajah dari Kota Banda Aceh. Dan kita butuh masukan dari para pakar yang berkompeten di bidang tata ruang dan perencanaan kota. Nanti bisa menjadi masukan bagi penyusunan rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) Banda Aceh dan RTRW ke depan,” ujarnya.

Perumusan master plan tersebut kata Farid, dapat melibatkan stakeholder seperti komunitas Arsitek dan kontribusi akademisi serta perancang konstruksi lainnya. Jika kolaborasi dan sinergi itu berjalan optimal maka eksekusi master plan bisa dijalankan.

Ketua DPD PKS Banda Aceh ini menambahkan, pembangunan di Banda Aceh perlu diperkuat dengan master plan yang baik dan relevan dengan perkembangan kota. Akan tetapi, ada beberapa segi juga yang mesti didesain kembali agar memiliki wajah yang sesuai dengan nilai historisnya.

“Wajah Kota Banda Aceh harus memiliki nilai yang khas secara historis, agar ia dapat dilihat dan mencerminkan kota warisan. Perlu ada proteksi dan intervensi terhadap kawasan-kawasan yang mengandung nilai sejarah,” imbuh Farid.[ Edi Sumantri]