Mengenang Warisan Budaya Tari Galombang Dua Baleh

Mengenang Warisan Budaya Tari Galombang Dua Baleh

Fadmin Malau

Kesenian Galombang Dua Baleh merupakan tradisi kerajaan dalam setiap menyambut tamu raja yang datang ke kerajaan di Kampung Barus Mudik. Kesenian ini identik dengan upacara kerajaan dalam penyambutan tamu-tamu kerajaan. Bukan itu saja ketika perkawinan putra-putri raja upacara kerajaan ini juga berlaku yang dikenal dengan upacara pencak silat Galombang Dua Baleh.

Ketika upacara kerajaan, para pendekar atau Panglima ulung Kerajaan menunjukkan kebolehannya bertarung di gelanggang dalam menghadapi para pendekar sakti dari tamu kerajaan yang datang ke kerajaan Kampung Mudik Barus. Para pendekar ulung ini bertarung dengan aturan, ada tatacara atau adat yang mengaturnya, tidak boleh dilanggar oleh para pendekar.

Aturan itu jelas dan tegas yakni jumlah pendekar sebanyak dua belas orang dari pihak kerajaan Kampung Barus Mudik dan sebanyak dua belas orang pula dari pihak tamu kerajaan lain yang berkunjung ke kerajaan Kampung Mudik Barus. Dua belas orang para pendekar tangguh dari pihak kerajaan Kampung Mudik Barus dan dua belas orang pendekar dari pihak kerajaan tamu.

Dalam bertarung para pendekar ini dipandu oleh seorang juri atau wasit yang disebut dengan Sirih Pararei yang berada di tengah gelanggang pertarungan. Biasanya yang bertindak sebagai Sirih Pararei ini adalah seorang yang arif, bijaksana, adil, jujur dan tangguh.

Seorang Sirih Pararei itu adalah pendekar yang benar-benar tangguh ilmu bela dirinya, sakti mandraguna, tidak sembarang pendekar mampu menjadi Sirih Pararei karena harus menjadi juri yang adil dan bijaksana.

Para panglima atau pendekar yang datang ke kerajaan Kampung Mudik Barus akan dihadang para pendekar dari kerajaan Kampung Mudik Barus. Wajib hukumnya mempertahankan diri, tidak sembarang orang bisa datang ke kerajaan Kampung Mudik Barus kala itu. Sebelum masuk ke kerajaan Kampung Mudik Barus harus terlebih dahulu mampu menaklukkan para pendekar sakti dari kerajaan Kampung Mudik Barus.

Akibat dari para pendekar tangguh itu pertarungan bisa terjadi berhari-hari. Artinya, jika hari ini para pendekar dari pihak tamu yang datang ke kerajaan Kampung Mudik Barus belum mampu mengalahkan para pendekar dari kerajaan Kampung Mudik Barus maka pihak pendekar tamu akan mundur tetapi bukan pula menyerah. Biasanya keesok harinya datang lagi untuk bertarung, berusaha para pendekar sakti dari kerajaan tamu untuk menaklukkan pertahanan kerajaan Kampung Mudik Barus. Bila hari kedua tidak juga dapat ditaklukkan maka hari berikutnya dicoba lagi dan terjadi lagi pertarungan.

Pengetua-pengetua adat dari kedua kerajaan selalu berjaga-jaga, mengawasi pertarungan yang sedang berlangsung. Para pengetua adat terus menilai pertarungan yang berlangsung dari para pendekar jangan sampai ada yang bertarung curang, harus mengkedepankan kejujuran.

Sebenarnya Tari Galombang Dua Baleh hasil adopsi dari pertarungan para pendekar yang sesungguhnya pada masa kerajaan Barus. Kini dilakukan secara simbolis sebagai pembayar adat pada upacara adat perkawinan. Tari Galombang Dua Baleh bila melihat aslinya luar biasa. Para pendekar harus bertarung, berjuang untuk mempertahankan harkat dan martabat sukunya.

Kini hanya sebuah Tari Galombang Dua Baleh. Para pendekar telah diatur mainnya dan telah diubah ke dalam bentuk tarian sehingga setiap orang dapat membawakannya. Dalam tarian Galombang Dua Baleh tergambar jurus-jurus maut yang dahulu dimainkan para pendekar sakti dari kedua kerajaan dalam mempertahankan “medan”-nya dan menerobos pertahanan lawan.

Tari Galombang Dua Baleh memiliki gerakan pencak silat para pendekar untuk menaklukkan lawannya, tidak kalah hebatnya dengan gerakan silat para pendekar ketika zaman raja dahulu. Bedanya, kini sudah diatur sehingga gerakan pencak silat yang aslinya sudah disutradarai, tidak ubahnya seperti shoting film laga untuk layar lebar dan layar kaca.

Pada akhir pertarungan ada pihak yang disutradarai sebagai pihak yang kalah dan ada pihak yang menang. Disamping itu ada yang berperan (bertindak) selaku juri (Sirih Pararei) dalam pertarungan itu. Semuanya sudah ada skenerionya, ada sutradaranya. Sebuah pertunjukan yang menarik dari upacara adat perkawinan Galombang Dua Baleh.

Menarik karena adat perkawinan tari Galombang Dua Baleh digali dari gerakan pencak silat para pendekar ulung dahulu. Kini sudah menjadi sebuah tarian dan itu juga sudah langka terlihat meskipun ada adat pesta perkawinan pada masyarakat Tapanuli Tengah.

Mengapa bisa langka terlihat? Pertama penyebabnya karena semakin sedikit yang menguasai dan memahami tari Galombang Dua Baleh. Kedua karena para penari tari Galombang Dua Baleh harus para atlit pencak silat. Penyebab ketiga karena biaya untuk satu groub tari Galombang Dua Baleh cukup mahal dan keempat penyebabnya karena para atlit bela diri pencak silat semakin langka akibat pembina groub tari Galombang Dua Baleh tidak ada.

Tahun tahun 1980-an di kecamatan Medan Timur ada sanggar Pemahsuri Barus yang Ketuanya penulis sendiri. Sanggar itu membina para atlit bela diri pencak silat dan sekaligus dari sanggar Pemahsuri Barus itu ada groub tari Galombang Dua Baleh dengan pelatih (alm) Zabir Tanjung. Namun, kini sudah tidak ada lagi.

Groub tari Galombang Dua Baleh itu dahulu sempat mengisi upacara adat perkawinan masyarakat Tapanuli Tengah di kota Medan dan pernah menyambut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI ketika acara Dies Natalis ke-27 Universitas Sumatera Utara (USU) Medan di Audotorium kampus USU Medan pada 29 Agustus 1984.

Kini semuanya itu tinggal Kenangan, sebab para atlit bela diri pencak silat yang waktu itu menjadi penari tari Galombang Dua Baleh sudah pada bubar, tidak menjadi atlit bela diri pencak silat. Pada hal tari Galombang Dua Baleh merupakan sejarah, adat dan kebudayaan masyarakat Tapanuli Tengah.

***