Perlunya Menumbuhkan Kesadaran Pentingnya Museum Bagi Pemuda Dan Masyarakat Aceh Tengah

Perlunya Menumbuhkan Kesadaran Pentingnya Museum Bagi Pemuda Dan Masyarakat Aceh Tengah

OPINI

Oleh: Zikri Iwan Sempena*

Berbicara tentang museum, bagaimanakah para pembaca sendiri mendefinisikan dan faham akan museum ? dan menurut anda apakah museum itu penting ?.  ketidaktahuan dan ketidakfahaman kita pada sesuatu cenderung membuat kita acuh tak acuh, menganggap remeh serta memunculkan streotip pada suatu yan dimaksutkan, begitu pula dengan museum. Netizen ataupun masyarakat luas umumnya memahami museum hanya sebagai tempat penyimpanan benda kuno yang dikemas dalam sebuah gedung. Bukan sebuah definisi yang salah, namun tidak memberikan pemahaman akan nilai pengetahuan, sejarah dan budaya terkait museum. Berikut kami akan mencoba memaparkan apa itu museum dan pentingnya museum, khususnya bagi masyarakat Aceh Tengah.

Museum sendiri berasal dari bahasa Yunani muze yang merupakan tempat penyimpanan koleksi 9 dewi yang melambangkan pengetahuan dan seni dalam keyakinan bangsa Yunani. Menurut Assocation of Museum, museum merupakan organisasi yang mengumpulkan, mendokumentasi, melindungi, memamerkan bukti materi serta menginformasinya masyarakat umum. Museum mengumpulkan, menyimpan, memelihara dan sebagai dokumentasi pengetahuan, budaya, sejarah serta seni. Museum bukanlah sebatas tempat menyimpan, namun juga memelihara warisan budaya dan sejarah masa lalu dalam bentuk benda. Jika hanya didefinisikan sebagai tempat penyimpanan, apakah bedanya dengan sebuah gudang.

Apa yang dikemas dan dijaga di museum sehingga ia penting ?. Museum dapat dianalogi atau samakan sebagai tempat penyimpanan warisan, semisal emas dan tanah yang disimpan di bank dan dalam bentuk surat kepemilikan (dokumen). Jadi, museum diibaratkan sebagai salah satu wadah yang menyimpan bermacam-macam dokumentasi  pengetahuan, budaya dan sejarah di masa lalu. Kami akan beri sedikit contoh, semisal sebuah temuan meriam besi abad ke-19 di Bebesen, candi & archa Hindu di Pukes dan Piramida di Toweren umpama. Dari ketiga contoh atau perumpamaan diatas kita dapat menggambarkan bagaimana kita atau lebih tepatnya budaya nenek moyang kita di masa lalu. Dengan adanya meriam, kita dapat menggambarkan budaya teknologi militer yang diciptakan oleh nenek moyang kita sendiri atau adanya penetrasi budaya militer Jepang, Belanda atau Utsmani. Atau candi yang memberi asumsi bagi kita bahwa nenek moyang kita dahulu penganut kepercayaan Hindu, atau mungkin nenek moyang kita juga telah mendapatkan kemampuan menyaingi peradaban Mesir Kuno dengan temuan Piramida. Data-data terkait itulah yang dikumpulkan, dipelihara, dan didokumentasikan di museum. Selain mengumpulkan, memelihara dan mendokumentasikan, bagian museum terpenting adalah pentrasnfer pengetahuan, sejarah, seni dan budaya tersebut pada khalayak ramai.

Di zaman sekarang ini tampaknya kemerosotan atau dekontruksi sejarah dan budaya Indonesia khususnya Gayo sudah sangat tampak dilakukan oleh generasi milenial belakangan ini. Anak muda sekarang lebih condong dan terhipnotis akan budaya luar, baik pakaian, teknologi, bahasa bahkan spiritual. Kendatipun modernisasi tidak boleh dihindari, justru kita sebagai sekelompok entitas perlu memilah dan cerdas dalam menangkap budaya asing tersebut. Dengan adanya pengaruh westernis atau kebaratan-baratan tersebut sangat berpotensi meruntuhkan budaya kita, seperti penggunaan bahasa daerah yang mulai berkurang, ngetrennya istilah pacaran yang merusak citra sumang, melengkan yang mulai hilang, serta tradisi rewang yang mulai digantikan oleh gedung pernikahan mewah ala American. Itu semua terjadi karna kita tidak punya pemahaman tentang identitas diri dan budaya kita, sehingga kita kesannya ikut-ikutan.

Museum disini berperan sebagai pengingat, dokumentasi, memori kenangan siapa kita melalui wajah masa lalu. Dari situ pulalah mungkin muncul istilah “bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya” atau lebih tepatnya bukan hanya menghargai jasa kepahlawanan namun juga menghargai kebudayaannya di masa lalu. Perlu diketahui wujud atau manifestasi dari sebuah budaya ada 3. Yaitu benda, ide atau  pola tingkah laku dan seni. Lebih singkatnya, ada budaya dalam bentuk benda dan budaya tak benda. Budaya tak benda dapat difahami seperti perumpamaan yang diberi diatas, yakni sumang, melengkan, sarak opat, didong, saman dan sebagainya. Kemudian juga ada warisan budaya benda, seperti meriam,umah pitu ruang, keratin, candi, piramid bahkan gawai bermerek ipon, dan sepeda motor Kawaki yang anda gunakan saat ini adalah kebudayaan dalam bentuk benda, yang pada saatnya juga akan disapu oleh arus perkembangan jaman. Oleh karna itu instansi terkait dan museum perlu melakukan sebuah upaya dokumentasi dan lestari serta transfer warisan budaya tersebut ke generasi saat ini dan seterusnya.

Berbicara tentang museum dan pengumpulan benda yang mengandung nilai budaya & sejarah, museum tidak hanya dapat dibentuk oleh lembaga atau instansi maupun kelompok, namun juga dapat dibentuk dan dikelola secara pribadi atau kelompok, seperti museum Pedir Museum yang dibentuk dan didirikan perorangan oleh abang kami, yaikn bang Masykur seorang alumni dari prodi Sejarah Peradaban Islam, UIN Ar-Raniry. Motivasi belaiu mengumpulkan benda-benda bernilai budaya dan sejarah sendiri berawal atas kesadaran akan acuh tak acuh masyarakat sekitarnya tentang benda sejarah, seperti kitab, nisan, mata uang, senapan, kramik dan benda kesejarahan lain yang dapat dikatakan terbengkalai. Ia mengumpulkan bahkan menebus barang tersebut dari orang terkait yang ia temui dengan uangnya sendiri. Ia melakukan hal tersebut sejak masa SMA beliau dan saat ini telah mendirikan 2 museum yaitu museum cabang di  Banda Aceh dan Museum inti di Lueng Putu, Pidie Jaya, Aceh. Terlalu panjang sejarahnya jika kita berbicara tentang Pedir Museum disini, tentang museum ini akan dibahas pada lain hari, insyaallah.

Simpulannya, dalam menumbuhkan kesadaran pemuda dan masyarakat akan museum, bukan hanya sebatas membentuk kesadaran pribadi tapi juga fasilitas dan dukungan yang memadai. Seharusnya organisasi, kelompok, pemerintah tentunya,atau lembaga terkait museum, mesti berinovasi dengan teknologi mutakhir yang ada dalam mengumpulkan dan tentunya mentransfer pengetahuan para masyarakat serta mengoptimalkan koleksi yang ada. Mengingat perkembangan jaman yang semakin laju, perlu museum sebagai pengingat, bahwa kita memiliki identitas diri.

 

*Zikri iwan sempena, mahasiswa Sejarah Peradaban Islam, UIN AR-Raniry 18.